Ketika tujuh siswa menghabiskan 60 jam tanpa tidur atas nama sains. Tidak semua orang seperti Thomas Edison dan Marcelo Rebelo de Sousa.

100 tahun yang lalu, pada tahun 1925, sekelompok tujuh mahasiswa dari George Washington University (GWU), di Washington DC, menghabiskan 60 jam terjaga untuk berpartisipasi dalam eksperimen ilmiah yang bertujuan menjawab pertanyaan yang sangat kontroversial: apakah tidur hanya membuang-buang waktu?

Penanggung jawab eksperimen tersebut, Frederick August Moss, profesor Psikologi di GWU dan pencipta tes masuk sekolah kedokteran pertama, sangat yakin bahwa tidur adalah kebiasaan yang tidak berguna. Saya ingin membuktikannya dan juga membuktikan bahwa manusia bisa dilatih untuk hidup tanpa tidur.

Tepatnya di bulan inilah, November 1925, terbitlah majalah Popular Science dijelaskan eksperimen tersebut, menampilkannya sebagai upaya untuk mengetahui apakah tidur mewakili “kehilangan sepertiga jam berharga dalam hidup secara tragis”.

60 jam terjaga

Pada akhir Agustus tahun itu, Moss mengumpulkan tujuh siswa di lingkungan Foggy Bottom, dekat Gedung Putih dan Georgetown. Misinya sederhana dan menantang: tetap terjaga setidaknya selama 60 jam sementara guru menilai tanda-tanda vital, refleks, dan kinerja mental melalui tes dan tugas praktis.

Selama dua setengah hari, kelompok tersebut mencoba menahan kantuk dengan naik mobil melintasi pedesaan Virginia, pertandingan bisbol, dan nyanyian. Pada akhirnya, semua orang berhasil mencapai tujuannya. Menurut Popular Science, Moss menyimpulkan hal itu “Terlalu banyak tidur, seperti halnya mabuk, bisa berbahaya, menumpulkan aktivitas mental dan fisik.”

Ketertarikan tahun 1920-an dengan kurang tidur

Tahun 1920-an, yang ditandai dengan industrialisasi dan pemujaan terhadap produktivitas, memandang tidur sebagai hambatan kemajuan. Tokoh seperti Thomas Edison — dan, di sekitar siniPresiden Marcelo Rebelo de Sousa — membual tentang tidur hanya empat jam semalam, menyatakan bahwa istirahat adalah batasan yang tidak perlu. Budaya efisiensi mendominasi pemikiran ilmiah dan bisnis, dan kurang tidur menjadi identik dengan ambisi.

Meskipun demikian, jurnalis Newton Burke, penulis artikel di Popular Science, tetap skeptis. Dia merujuk pada eksperimen serupa lainnya, seperti yang dilakukan di laboratorium penelitian tidur pertama di Universitas Chicago, dan menyimpulkan bahwa “tidak ada cara untuk mengurangi tidur secara signifikan tanpa menimbulkan efek negatif pada kesehatan”.

100 tahun kemudian, ilmu pengetahuan menegaskan: tidur itu penting

Saat ini kita tahu bahwa tidur bukanlah waktu yang terbuang sia-sia. Dalam dua dekade terakhir, kemajuan teknologi telah memungkinkan untuk lebih memahami apa yang terjadi di otak selama istirahat. Teknik seperti optogenetika – yang menggunakan laser untuk mengukur dan mengaktifkan jalur saraf – dan USG otak dalam telah mengungkapkan hal itu tidur adalah proses aktif: otak mengkonsolidasikan ingatan, menghilangkan racun seperti beta-amiloid (terkait dengan penyakit Alzheimer), memperbaiki jaringan dan mengatur hormon yang penting untuk metabolisme dan pertumbuhan sel.

Selain otak, sistem kekebalan tubuh juga diperkuat saat tidurmempersiapkan tubuh untuk melawan infeksi. Jauh dari sekedar kemewahan, tidur adalah kebutuhan biologis yang penting bagi kesehatan dan umur panjang.

Terlalu banyak tidur juga bisa menjadi pertanda adanya masalah.

Menariknya, penelitian terbaru menunjukkan bahwa tidur memiliki titik keseimbangan: baik kekurangan maupun kelebihan jam tidur berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit dan kematian dini. Analisis epidemiologis menunjukkan hubungan berbentuk “U” – tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak bisa berbahaya.

Untuk orang dewasa, kisaran idealnya adalah antara tujuh dan sembilan jam per malam. Tidur lebih dari jumlah tersebut belum tentu menimbulkan masalah, namun bisa jadi merupakan gejala dari kondisi mendasar seperti depresi, sleep apnea, atau penyakit kronis yang menyebabkan kelelahan.

Baru-baru ini, kepentingan telah diberikan kepada keteraturan tidur. Tidur dan bangun pada waktu yang konsisten membantu mengurangi risiko obesitas, penyakit kardiovaskular, dan gangguan mood. Praktik yang baik termasuk menghindari layar sebelum tidur, menjaga ruangan tetap gelap dan sejuk, serta mengikuti rutinitas yang mendorong relaksasi.



Tautan sumber