
David Scheel / Biologi Saat Ini
Kamuflase Cephalopoda dapat menginspirasi tabir surya alami baru, menurut studi baru.
Kemampuan luar biasa gurita, cumi-cumi, dan sotong untuk berubah warna dan menyatu dengan lingkungan sekitarnya dapat merevolusi produk selain cat dan sensor: kita berbicara tentang tabir surya.
Kunci dari fenomena ini terletak pada pigmen alami yang disebut xanthomatinapenting untuk mekanisme kamuflase cephalopoda ini. Para ilmuwan baru saja mengembangkan teknik yang belum pernah ada sebelumnya untuk memproduksi pigmen tersebut, yang hingga saat ini dianggap langka dan produksinya lambat dan berkurang.
Tim yang dipimpin oleh Oleh Lea Bushseorang ahli biologi kimia di Universitas Stanford, menemukan cara untuk melipatgandakan produksi senyawa di laboratorium hingga seribu kali lebih banyak daripada yang mungkin dilakukan sampai sekarang, hanya dengan menggunakan bakteri hasil rekayasa genetika.
Penelitian, diterbitkan dalam jurnal Nature Biotechnology, menjelaskan bagaimana peneliti menciptakan bakteri yang hanya dapat bertahan hidup jika menghasilkan xanthomatin dan asam formatzat yang mendorong pertumbuhannya. Proses ini menciptakan siklus mandiri: bakteri tumbuh hanya jika menghasilkan pigmen.
Bahan yang sebelumnya langka seperti xanthommatine dalam jumlah besar memungkinkan untuk dipelajari sebagai antioksidan, pigmen atau zat dengan sifat pengubah warna pada berbagai produk, kata para penulis, yang sudah berkolaborasi dengan perusahaan kosmetik dan mengeksplorasi penggunaan praktis dalam cat dan sensor, menurut Sains Populer.
Minatnya tidak hanya terbatas pada sektor kosmetik: Departemen Pertahanan Amerika Serikat juga menunjukkan rasa ingin tahunya terhadap potensi pigmen, khususnya sifat kamuflasenya.
Para peneliti juga percaya bahwa metode ini dapat diterapkan pada bahan kimia lain, membantu menggantikan bahan yang berasal dari minyak bumi dengan bahan alternatif berbasis bio.



