APada tengah malam di hari Minggu yang ajaib, Harmanpreet Kaur dan para wanitanya yang luar biasa melakukan pertemuan dengan takdir. India akhirnya dinobatkan sebagai juara dunia di kriket wanita. Itu adalah perjalanan yang ditandai dengan sejarah panjang kegelisahan dan kegembiraan, yang dibentuk oleh keringat dan impian para pionir seperti Shantha Rangaswamy, Diana Edulji, Mithali Raj, dan Jhulan Goswami. Dalam final berisiko tinggi yang layaknya Piala Dunia ICC, India menang atas Afrika Selatan dengan 52 run di Stadion DY Patil di Navi Mumbai, yang berubah menjadi kerumunan energi yang riuh. Momen ini sama pentingnya dengan Kapil Dev dan anak buahnya pada tahun 1983 ketika mereka merebut Piala Dunia di Lord’s. Hal ini menyebabkan perubahan besar dalam cara pandang dan pengelolaan kriket serta membuka jalan bagi India untuk menjadi raksasa komersial. Pergantian peristiwa serupa menanti Harmanpreet dan kawan-kawan, serta kriket wanita pada umumnya. Sang pelatih, Amol Muzumdar, pun mendapat momennya. Sebagai raksasa domestik, ia tidak pernah mendapat kesempatan bermain untuk tim putra senior karena kariernya sejajar dengan pemain seperti Sachin Tendulkar dan Rahul Dravid. Para wanita Harmanpreet yang penuh semangat memastikan bahwa mentor mereka akhirnya memahami apa artinya mencapai kesejahteraan di tingkat tertinggi.

Sempat tersendat di putaran final Piala Dunia 2005 dan 2017, India juga harus menghadapi tekanan bermain di kandang sendiri. Ketika tiga pertandingan liga kalah berturut-turut melawan Afrika Selatan, Australia, dan Inggris, pisau-pisau tersebar di media sosial. Namun, tim tetap bertahan dan setiap pertandingan menghasilkan bintang baru – Pratika Rawal, misalnya. Di final, Shafali Verma dan Deepti Sharma tampil maksimal, sementara Smriti Mandhana tampil solid seperti biasanya. Sebelumnya, peralihan menuju kejayaan terjadi di semifinal ketika Jemimah Rodrigues melakukan pengejaran yang menakjubkan melawan juara bertahan Australia. Catatan 127 tak terkalahkannya adalah salah satu pukulan terhebat dalam sejarah kriket India. Jika India melakukan aksi pembunuhan besar-besaran menjelang fase klimaks, Afrika Selatan juga melakukan hal yang sama, seperti yang ditemukan Inggris di semifinal. Dalam diri kapten Laura Wolvaardt, Proteas memiliki adonan yang bagus dan dua tonnya di semifinal dan final memiliki kelas dan ketangguhan yang tinggi. Namun hal terbesar yang bisa diambil adalah ini: Wanita India telah menemukan tempat mereka di panggung kriket terbesar.



Tautan sumber