Abhirath Reddy. | Kredit Foto: FOTO FILE: G. MOORTHY

Sementara kemenangan Hyderabad melawan Himachal Pradesh membawanya ke puncak klasemen Grup D, kemenangan ini lebih manis karena cobaan dan kesengsaraan yang harus dialami tim dalam perjalanan ke Nadaun.

Perbaikan landasan pacu di bandara Chandigarh berarti perjalanan sampingan dari Pondicherry terbagi menjadi tiga tahap dan memakan waktu lebih dari 22 jam.

“Itu sangat melelahkan karena di Pondicherry lembab, tempat kami akhirnya turun,” kata pelatih kepala Hyderabad DB Ravi Teja kepada The Hindu.

Permasalahan mereka tidak berhenti sampai disitu saja.

“Kami tidak bisa melakukan sesi latihan dengan baik karena tas perlengkapan kami tidak datang. Kami hanya melihat gawang, menilai kondisi, melakukan sesi pemulihan kecil. Kami memainkan permainan kecil dan kembali,” ungkapnya.

Meskipun demikian, Hyderabad tetap fokus dan, didukung oleh 175 tak terkalahkan Abhirath Reddy (200b, 19×4, 3×6), mengalahkan Himachal Pradesh dengan empat gawang.

“Kami melakukan perjalanan dengan bus semi-tidur dan tiba pada pukul lima pagi. Saya tidur di lantai dalam perjalanan karena saya pikir akan lebih nyaman di sana, sementara sebagian besar tidur di kursi mereka,” kenang Abhirath, sebelum membahas kemenangan tersebut.

“Pada hari terakhir, kami mengira gawang hanya akan membantu ayunan di sesi pertama dan kami bisa mendominasi pemintal mereka nanti. Kami bermain untuk menang, seperti yang akan kami lakukan di pertandingan mana pun musim ini.”

Pukulan itu juga menjadi momen penebusan bagi Abhirath, yang mengalami cedera hamstring saat kemenangan Buchi Babu di Hyderabad dan berhasil pulih tepat pada waktunya.

“Saya harus melakukan rehabilitasi yang agresif, yang merupakan sebuah perjuangan. Suatu hari saya merasa saya akan pulih, hari berikutnya saya tidak yakin sama sekali. Namun semuanya terasa sepadan sekarang,” akunya.

Itu bukan satu-satunya hal yang ada dalam pikiran Abhirath di hari terakhir karena dia telah gagal menangkap ikan sebelumnya, yang pada akhirnya bisa berakibat mahal.

“Saya gagal melakukan tangkapan anak sekolah ketika Akash Vasisht mencetak satu digit, dan dia mencapai angka satu abad. Namun saya memikirkan Mohammed Siraj yang gagal menangkap Harry Brook dan kemudian memastikan kemenangan bagi India. Saya pikir saya juga bisa melakukan hal yang sama, jika diberi kesempatan.”

Dan dia melakukannya, dengan bereaksi, beradaptasi dan membentuk kembali pendekatannya untuk memberikan kemenangan yang layak bagi Hyderabad.



Tautan sumber