
Para ilmuwan mengatakan ada satu dari tiga kemungkinan kita sendirian di alam semesta – dan tidak akan pernah melakukan kontak dengannya alien.
Dalam sebuah studi baru, Dr Veres Antal, profesor matematika di Universitas Pertanian Hongaria, menyatakan bahwa Bumi mungkin berada di ‘Zona Solitude’.
Zona Kesendirian adalah sebuah jendela statistik di mana kemungkinan tepat satu peradaban dengan tingkat teknologi kita lebih tinggi dibandingkan keduanya memiliki banyak peradaban atau tidak sama sekali.
Menurut perhitungan para ahli, dalam skenario paling optimis, peluang kita untuk berada di Zona Solitude hampir nol.
Namun, dalam skenario yang lebih realistis, hampir satu dari tiga kemungkinan bahwa umat manusia adalah satu-satunya peradaban maju di alam semesta.
‘Kemungkinan kesendirian sangat bergantung pada tingkat kompleksitas yang ditanyakan,’ jelas sang pakar dalam makalahnya.
‘Untuk kehidupan sederhana, kesendirian hampir mustahil.
‘Sedangkan untuk peradaban yang sangat maju, hal ini mungkin menjadi ekspektasi statistik yang dominan.’
Harapan untuk menemukan kehidupan asing telah pupus ketika seorang ilmuwan mengklaim bahwa Bumi mungkin berada di ‘Zona Solitude’ (stok gambar)
Berdasarkan probabilitas munculnya peradaban dengan kompleksitas tertentu (sumbu X), para ilmuwan dapat menghitung kemungkinan bahwa mereka adalah satu-satunya peradaban yang ada (sumbu Y)
Salah satu tantangan terbesar bagi para astronom yang mencoba memahami tempat kita di alam semesta adalah untuk memecahkan apa yang disebut ‘Fermi Paradox’.
Hal ini mempertanyakan mengapa, mengingat diperkirakan terdapat 200–400 miliar bintang dan setidaknya 100 miliar planet di galaksi kita, tidak ada tanda-tanda kehidupan alien.
Para astronom telah mengemukakan kemungkinan solusi yang tak terhitung jumlahnya terhadap Paradoks Fermi, yang umumnya mereka mengklaim bahwa kehidupan jauh lebih langka daripada yang kita kira atau alien tingkat lanjut bersembunyi dari kita.
Namun, strategi Dr Antal adalah mendekati Paradoks Fermi sebagai masalah probabilitas.
Dalam makalahnya yang diterbitkan di jurnal Akta Astronauticaia berargumentasi bahwa ada serangkaian skenario di mana sebuah peradaban yang menyendiri adalah hasil yang paling mungkin terjadi – yang disebut Zona Solitude.
Untuk peradaban mana pun, kita sebenarnya bisa memperkirakan kemungkinan mereka berada di zona kesunyian berdasarkan tiga faktor: jumlah planet di alam semesta, seberapa rumit peradaban tersebut, dan kemungkinan adanya peradaban dengan kompleksitas ini.
Dari ketiga faktor tersebut, kondisi terakhir, yang oleh Dr Antal disebut sebagai probabilitas kemunculan, adalah kondisi yang paling bervariasi.
Zona Solitude adalah jendela statistik di mana kemungkinan terdapat tepat satu bentuk kehidupan dengan kompleksitas tertentu lebih besar daripada kemungkinan adanya beberapa bentuk kehidupan atau tidak ada sama sekali (gambar stok)
Dan agar sebuah peradaban bisa berada di Zona Solitude, kemungkinan kemunculannya harus tepat.
Kondisi kehidupan harus cukup umum sehingga setidaknya beberapa bentuk kehidupan dapat muncul, namun tidak terlalu umum sehingga banyak peradaban maju dapat hadir pada saat yang bersamaan.
Menurut perhitungan Dr Antal, ada kemungkinan 29,1 persen kita berada di Zona Solitude.
Meski terdengar berlebihan, namun tidak semuanya merupakan kabar buruk bagi para ilmuwan yang berupaya menemukan kehidupan di luar bumi.
Semakin maju suatu peradaban, semakin besar kemungkinan bahwa mereka adalah satu-satunya spesies dengan kompleksitas tersebut di alam semesta.
Namun, untuk peradaban serumit umat manusia, tidak ada skenario yang memiliki peluang lebih dari 50 persen untuk berada di Zona Solitude.
Bahkan dalam skenario yang disebut ‘Bumi Kritis’, di mana kemungkinan berada di Zona Solitude mencapai puncaknya, hanya terdapat 30,3 persen kemungkinan bahwa umat manusia sendirian.
Jadi, masih ada kemungkinan yang menguntungkan kita bahwa umat manusia bukanlah satu-satunya spesies maju di alam semesta.



