Berikut tiga kasus orang yang sangat-sangat pemberani dan pengalamannya yang sangat menakutkan (bagi yang melihatnya dari luar).

Jarang sekali, sangat jarang, tapi ada orang yang benar-benar tidak merasa takut.

Ketakutan adalah emosi primordial, yang dibentuk oleh evolusi selama ratusan juta tahun. Ini mengaktifkan mekanisme “lawan atau lari”, mempercepat jantung, menyempitkan pembuluh darah dan melepaskan adrenalin. untuk mempersiapkan kita untuk menghadapi bahaya atau melarikan diri darinya.

Pusat dari sistem ini adalah amigdalastruktur kecil di otak yang, bersama dengan hipokampus dan korteks prefrontal, mengevaluasi ancaman dan memutuskan apakah kita harus diam, lari, atau melawan.

Ketika sirkuit ini rusak karena penyakit genetik, tumor, atau pembedahan yang kompleks, akibatnya bisa sangat menarik sekaligus berbahaya: hidup tanpa rasa takut.

Apa yang membuat sebagian orang takut?

Jordy Cernik Dia adalah satu dari sedikit orang yang memandang kematian seperti seseorang di meja sarapan. Orang Inggris itu tahu bahwa dia berbeda ketika dia terjun payung pada tahun 2013: dia tidak merasakan adrenalin apa pun, kata Sains ZME.

Sejak dia menyadari bahwa dia secara alami lebih berani daripada manusia pada umumnya, dia mulai melakukan segala macam aksi berisiko tinggi: dia telah menuruni National Lift Tower sepanjang 128 meter, di Northampton, tanpa ada percepatan detak jantungnya.

Pada tahun 2005, Cernik telah didiagnosis menderita penyakit ini Sindrom Cushingpenyakit langka yang, dalam banyak kasus, disebabkan oleh tumor di kelenjar pituitari yang memproduksi hormon ACTH secara berlebihan, yang menyebabkan tubuh memproduksinya secara berlebihan. terlalu banyak kortisol.

Tubuh bereaksi seolah-olah berada di bawah ancaman terus-menerus: penambahan berat badan, keringat berlebih, kelelahan. Dalam kasus Cernik, dokter akhirnya mengangkat kelenjar pituitari dan, kemudian, kelenjar adrenal, untuk mengatasi masalah tersebut sejak awal.

Saat itulah segalanya berubah. Tanpa adrenal, tubuh berhenti memproduksi adrenalin. Pengujian yang dilakukan oleh para ilmuwan saat menghadapi ketinggian ekstrem menunjukkan hampir tidak ada respons fisiologis terhadap situasi yang, bagi kebanyakan orang, merupakan situasi panik.

Cernik menggambarkan perasaan seolah-olah “saklar di otak” telah dimatikan.

Pada saat yang sama, kurangnya adrenalin membuat rasa sakit kecil menjadi lebih hebat dan meninggalkan Anda hampir tidak dapat merasakan emosi atau antusiasme yang kuat, yang membuat kehidupan sehari-hari menjadi tidak termotivasi, ungkap orang Inggris itu.

Kabar baiknya adalah Cernik tidak sendirian. Kasus lain yang masuk dalam literatur ilmiah adalah kasus SM, seorang wanita Amerika Utara yang mengidap penyakit genetik yang sangat langka, yaitu Penyakit Urbach-Wiethe. Deposit kalsium secara progresif menghancurkan kedua amigdala otak. Hanya sekitar 400 orang yang pernah didiagnosis menderita penyakit ini, namun kasus SM memiliki dampak yang unik terhadap rasa takut.

Para peneliti di Universitas Iowa mengujinya secara nyata situasi menakutkan maraton: kontak dengan ular dan laba-laba, kunjungan ke salah satu rumah hantu paling terkenal di dunia, Waverly Hills Sanatorium, dan sesi menonton film horor seperti The Shining atau Silence of the Lambs. Semua percobaan memiliki kesimpulan yang sama: tidak ada reaksi rasa takut.

Dalam kehidupan nyata, tidak adanya rasa takut tidak membuatnya terhindar dari situasi berbahaya. Sayangnya, dia menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, ancaman pembunuhan, dan bahkan lehernya ditikam oleh orang asing di taman. Alih-alih panik, dia merespons dengan tenang dan berjalan pergi – tetapi kembali ke taman yang sama keesokan harinya. Ketika mengingat episode-episode ini, dia berkata bahwa dia tidak pernah merasa takut, melainkan sedih dan marah.

Jody Smith juga melihat ketakutannya menghilang setelah operasi radikal untuk mengobati epilepsi parah, yang melibatkan pengangkatan bagian amigdala, lobus temporal, dan hipokampus. Sebelum operasi, dia menderita serangan panik hebat yang berhubungan dengan trauma keluarga. Dua minggu kemudian, kejangnya hilang dan, seiring berjalannya waktu, Smith menyadari bahwa dia tidak lagi memiliki respons “lawan atau lari” yang khas.

Dia menggambarkan hubungan barunya dengan risiko sebagai “bernuansa”: Anda tahu secara intelektual bahwa ada sesuatu yang berbahaya, Anda tidak ingin jatuh dari tebing atau dirampok, namun tubuh Anda tidak bereaksi dengan rasa takut. Sebagai seorang pendaki gunung, ia mulai mendekati tebing untuk menguji nalurinya. Dalam salah satu episode di Newark, dia dengan tenang berjalan melewati sekelompok pria yang sepertinya hendak merampoknya. Ketenangan yang tak terduga melucuti kelompok itu, sehingga dia bisa melanjutkan.

Kasus-kasus ekstrem ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai peran rasa takut. Di dunia modern di mana kita tidak lagi lari dari predator, banyak respons rasa takut kita yang menjadi maladaptif. Fobia, serangan panik, kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif atau stres pasca-trauma sebagian besar disebabkan oleh sistem peringatan yang terlalu aktif.

Mempelajari orang-orang seperti ini dapat membantu kita lebih memahami bagaimana memodulasi sistem ini, bukan untuk menghilangkan rasa takut, karena hal tersebut akan berbahaya, namun untuk menjaganya pada tingkat yang sehat.

Ilmu pengetahuan mulai menguraikan bagaimana sirkuit tertentu di otak memperkuat atau membungkam rasa takut, membuka pintu bagi pengobatan baru.



Tautan sumber