
Olah et al., Ekologi dan Evolusi 2025
Orang-orangan sawah terbuat dari bangkai mangsa dan bahan lainnya serta menyerupai laba-laba yang lebih besar. Tujuannya adalah untuk menakut-nakuti atau mengalihkan perhatian predator, sehingga memberikan waktu bagi laba-laba untuk melarikan diri.
Yang baru belajar diterbitkan dalam Ecology and Evolution secara resmi mencatat, untuk pertama kalinya, bentuk dekorasi jaring luar biasa yang diciptakan oleh laba-laba bola tertentu: umpan seukuran yang menyerupai laba-laba yang lebih besar.
Struktur rumit ini, dikenal sebagai stabiltelah dibahas selama beberapa dekade oleh para ahli arachnologi, namun belum pernah dikonfirmasi secara ilmiah hingga saat ini, tulis The IFLScience.
Stabilisator adalah struktur sutra atau puing-puing yang dimasukkan ke dalam jaring laba-laba yang melakukan berbagai fungsi, mulai dari memperkuat jaring hingga memberi sinyal kedatangan mangsa. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pola zigzag di beberapa jaringan bisa berfungsi seperti “lonceng”, yang mentransmisikan getaran ke memperingatkan laba-laba terhadap pergerakan di area web yang lebih luas. Namun stabilisasi yang dijelaskan baru-baru ini jauh melampaui garis sederhana.
Para ilmuwan yang mempelajari dua spesies genus Cyclosa yang secara geografis jauh telah memastikan bahwa laba-laba ini membangun stabilisasi menggunakan bangkai mangsa dan bahan tanaman untuk membuat bentuk dengan “tubuh” di tengah dan lima hingga delapan “kaki”. Hasilnya adalah tiruan menakjubkan dari laba-laba yang jauh lebih besar, yang berfungsi sebagai orang-orangan sawah sutra tergantung di tengah jaring.
Observasi lapangan dikumpulkan selama satu dekade, dimulai dengan citra dari Peru pada tahun 2012 dan diikuti dengan dokumentasi tambahan pada tahun 2014 dan 2022 di kedua lokasi. Analisis yang cermat terhadap strukturnya mengungkapkan bahwa umpan yang diberikan berbeda-beda tujuan pertahanan untuk setiap spesies.
Menurut peneliti, spesies Cyclosa dari Filipina bersembunyi di dalam kandangnya yang mirip laba-laba, menggunakannya sebagai kamuflase. Saat predator mendekat, struktur tersebut dapat menutupi lokasi sebenarnya laba-laba tersebut, sehingga membuatnya tetap tidak terlihat hingga ancaman berlalu.
Sebaliknya, spesies Peru berada tepat di atas umpan, tampak lebih kecil dibandingkan struktur rumit di bawahnya. Strategi ini bisa mengalihkan perhatian dari predatormenyebabkan mereka fokus pada target mati yang lebih besar, memberikan waktu bagi laba-laba sebenarnya untuk melarikan diri, meninggalkan jaring.
Para penulis mencatat bahwa “laba-laba penenun puing” ini mungkin mendapat manfaat dari lapisan pertahanan tambahan: strukturnya terkadang menyerupai kotoran burungyang dihindari banyak predator.
Meskipun ada kemajuan dalam mendokumentasikan perilaku ini, para peneliti mengatakan masih ada keraguan. Mengapa populasi Cyclosa tertentu mengembangkan umpan canggih, sementara yang lain belum? Tim peneliti berpendapat bahwa tekanan predator yang kuat di kedua lingkungan mungkin telah mendorong pengembangan pertahanan visual yang lebih kompleks.



