
- Telegram menantang legalitas Undang-Undang Keamanan Online Australia tahun 2021
- Gugatan tersebut menyusul denda sebesar A$957.780 (sekitar $622.000)
- Kasus ini menyoroti perdebatan mengenai verifikasi usia, privasi data, dan kontrol pemerintah
Pertarungan mengenai privasi dan sensor online semakin memanas di Australia ketika raksasa pengiriman pesan Telegram meluncurkan gugatan hukum terhadap regulator keamanan online milik pemerintah.
Gugatan tersebut, yang diajukan ke Pengadilan Federal Australia, secara langsung bertentangan dengan wewenang Komisaris eSafety, Julie Inman Grant, dan menentang denda besar yang dikenakan pada platform tersebut.
Inti dari perselisihan ini adalah Undang-undang verifikasi usia AustraliaUndang-Undang Keamanan Online 2021. Ini adalah sebagian besar undang-undang yang memberikan kewenangan luas kepada Komisaris eSafety untuk meminta informasi dari perusahaan teknologi tentang cara mereka menangani konten yang “berbahaya”.
Awal tahun ini, regulator mengeluarkan pemberitahuan ke beberapa platform utama, termasuk Telegramyang mengharuskan mereka merinci strategi mereka untuk memerangi materi ekstremis dan konten pelecehan anak. Setelah diduga melewatkan tenggat waktu, Telegram pun melakukannya terkena denda yang sangat besar sebesar A$957.780.
Telegram adalah sekarang melawan di berbagai bidang. Perusahaan tersebut berpendapat bahwa mereka tidak secara hukum didefinisikan sebagai “penyedia layanan media sosial” berdasarkan hukum Australia dan oleh karena itu tidak tunduk pada tuntutan komisaris.
Lebih lanjut, Telegram mengklaim pihaknya tidak pernah menerima pemberitahuan awal dengan benar, menyatakan bahwa pemberitahuan tersebut dikirim ke alamat yang salah, dan masih memberikan jawaban secara sukarela setelah mengetahui permintaan tersebut.
Kasus ini telah menjadi titik fokus dalam perdebatan global yang semakin meningkat mengenai bagaimana menyeimbangkan keselamatan pengguna dengan hak-hak dasar privasi dan kebebasan berekspresi online.
Perdebatan verifikasi usia
Tantangan hukum ini muncul ketika Australia bersiap menerapkan beberapa aturan verifikasi usia paling ketat di dunia untuk media sosial.
Mulai 10 Desember 2025, platform termasuk Reddit, Tendangan, Facebook, dan TikTok akan diwajibkan secara hukum untuk mencegah pengguna di bawah 16 tahun mengakses layanan mereka, menghadapi denda hingga A$50 juta karena ketidakpatuhan.
Hal ini telah memicu kekhawatiran luas di kalangan pendukung privasi, yang memperingatkan bahwa penerapan teknologi jaminan usia yang kuat dapat memerlukan pengumpulan data biometrik sensitif atau dokumen identitas, sehingga membahayakan semua data pengguna.
Kontroversi di Australia mencerminkan perdebatan serupa yang terjadi di seluruh dunia.
Di Inggris Raya dan sebagian Amerika Serikat, pemberlakuan undang-undang verifikasi usia telah menyebabkan perubahan signifikan dalam perilaku pengguna. Dihadapkan pada pilihan untuk menyerahkan data pribadi mereka atau kehilangan akses ke konten, banyak pengguna beralih ke alat peningkatan privasi.
Di Inggris, misalnya, penerapan Undang-Undang Keamanan Online diikuti dengan lonjakan penggunaan yang dramatis VPN terbaik layanan, dengan satu penyedia melaporkan lonjakan 1.400%. dalam pendaftaran saat pengguna berusaha menjaga privasi mereka.
A jaringan pribadi virtual (VPN) dapat menutupi lokasi sebenarnya pengguna, memungkinkan mereka melewati konten yang dibatasi geografis dan batasan usia yang mengganggu.
Ketika pemerintah di seluruh dunia mendorong kontrol yang lebih besar terhadap dunia digital, perselisihan antara regulator dan platform yang berfokus pada privasi seperti Telegram menjadi semakin umum.
Kritikus berpendapat bahwa undang-undang seperti Undang-Undang Keamanan Online Australia, meskipun bertujuan baik, memberikan kewenangan yang berlebihan kepada badan pemerintah untuk mendefinisikan konten yang “berbahaya”, yang berpotensi mengarah pada penindasan terhadap ucapan yang sah.
Hasil gugatan Telegram akan diawasi dengan ketat di seluruh dunia. Hal ini dapat mendorong pemerintah untuk menerapkan peraturan online yang lebih ketat atau memperkuat prinsip bahwa platform global tidak dapat dengan mudah tunduk pada kerangka hukum di setiap yurisdiksi tempat mereka beroperasi. Untuk saat ini, kasus ini masih menjadi ujian penting mengenai di mana letak batasan digital dan siapa yang dapat mengawasinya.
Ikuti TechRadar di Google Berita Dan tambahkan kami sebagai sumber pilihan untuk mendapatkan berita, ulasan, dan opini pakar kami di feed Anda. Pastikan untuk mengklik tombol Ikuti!



