Keheningan kontemplatif beruang telah lama membuat penasaran: apakah makhluk raksasa dan menakutkan ini menikmati pemandangan, seperti kita?

Ada banyak sekali video dan gambar di media sosial yang bisa Anda lihat beruangduduk, tenang, memandang cakrawala. Mereka tidak mencari makanan, tidak mengendus: mereka tampak hanya berkonsentrasi pada pemandangan, selama beberapa menit, seolah tenggelam dalam keindahan.

Momen-momen ini menimbulkan pertanyaan yang tampaknya tidak masuk akal namun sangat menarik: bisakah beruang benar-benar mengagumi keindahan alam?

Sekilas, jawabannya tampak jelas: TIDAK. Beruang tidak menggambar pemandangan gunung dari sarangnya atau duduk di tepi sungai sambil mengarang puisi dengan suara air mengalir. Perilaku mereka dipandu oleh naluri, oleh kebutuhan untuk bertahan hidup, memberi makan, dan memperbanyak spesies. Setiap tindakan terkait dengan kelangsungan hidup dan bukan kontemplasi estetika atau refleksi keindahan dunia. Tetapi

Mungkin ada beberapa penjelasan. Sebagai predator puncak, beruang beruntung karena tidak harus selalu waspada terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Seperti kita dan beberapa hewan lainnya, ia memiliki kemewahan hanya dengan mengagumi pemandangan.

Ada momen-momen seperti yang terekam dalam video yang mengisyaratkan sesuatu yang lebih kompleks. Meskipun “kekaguman” beruang tidak sebanding dengan kita – ia tidak merenungkan keagungan matahari terbenam atau mengaitkan makna dengan cahaya yang menembus puncak pohon – pengalamannya pada momen tersebut mungkin bahkan lebih asli daripada pengalaman manusia. Tidak ada agenda, tidak perlu merekam kenangan atau membuat narasi. Yang ada hanyalah tindakan hadir dalam lingkungan, merasakan, mengamati dan secara persepsi mengintegrasikan diri ke dalam alam.

Bagi manusia, mengagumi alam sering kali melibatkan pencarian makna atau keindahan, menangkap gambar, atau menulis tentang pengalaman. Namun beruang, dan mungkin hewan lainnya, merasakan dunia dengan cara yang murni. Bagi mereka, tentu saja alam itu tidak indah atau jelek, damai atau kacau. Itu memang ada.

Beruang tidak menulis puisi tentang apa yang dilihatnya, tapi perhatiannya juga tidak terganggu oleh layar atau kewajiban. Ia sepenuhnya hadir pada saat ini, suatu keadaan kesadaran yang sering dilupakan manusia untuk dikembangkan.





Tautan sumber