Universitas Iowa

Wendel Johnson

Eksperimen ilmiah menyembuhkan kehidupan 22 anak yatim piatu yang sehat. Kisah salah satu episode paling kontroversial dalam sejarah penelitian ilmiah di Amerika Serikat.

Pada tahun 1939, Wendel Johnsonseorang spesialis gangguan bicara bergengsi di Universitas Iowa, dan asisten pascasarjananya, Mary Tudor Jacobs, menjadikan 22 anak dari panti asuhan Iowa untuk salah satu penelitian paling tidak etis yang pernah dilakukan.

Kedua peneliti tersebut berusaha menguji teori perintis: itu gagap adalah perilaku yang dipelajaridisebabkan oleh tekanan psikologis.

Separuh dari anak-anak menerima dorongan positif dan dipuji atas cara mereka berbicara, sementara separuh lainnya menerima a terapi negatif — terus-menerus dikoreksi dan diperingatkan jika ada ketidaksempurnaan dalam pidatonya.

Selama enam bulan, Mary Nixon dan sepuluh anak lainnya berulang kali diberitahu bahwa mereka gagap, kenangnya. Berita CBS64 tahun setelah mengambil bagian dalam pengalaman yang meninggalkan bekas: tidak ada anak yang mengalami kegagapan, namun banyak yang mengungkapkan hilangnya harga diri, kecemasan dan rasa tidak aman — dampaknya, menurut pengacara para korban, berlangsung sepanjang hidup mereka.

Mary Nixon dan dua peserta lainnya, Kathryn Meacham dan Hazel Potter Dornbush, semuanya penduduk Iowa, menggugat Universitas Iowa pada tahun 2003 menuntut kompensasi atas cedera psikologis yang berkepanjangan.

Kontroversi tersebut menghidupkan kembali perdebatan tentang etika dalam penelitian ilmiah. Delapan dekade yang lalu, masyarakat minoritas, anak-anak cacat atau narapidana sering dijadikan kelinci percobaan, karena mereka tidak diberi nilai moral yang sama dengan orang lain.

Studi “mengerikan” ini, yang dilakukan ketika ilmu bahasa masih berada pada tahap awal, saat ini dipandang sebagai contoh paradigmatik praktik etika yang buruk. Kasus serupa, seperti Pengalaman Tuskegee – dimana laki-laki Afrika-Amerika tidak diobati karena sifilis selama beberapa dekade – menyebabkan terciptanya standar persetujuan berdasarkan informasi (informed consent) pada tahun 1974 di semua penelitian yang didanai negara AS.

Saat ini, ilmu pengetahuan mengakui hal itu Gagap mempunyai asal-usul neurologis dan genetikyang mempengaruhi sekitar satu dari setiap 100 orang, umumnya muncul antara usia dua dan lima tahun.

Mary Tudor Jacobs, salah satu penulis penelitian tersebut, menyatakan penyesalannya dan mengatakan dia kembali ke panti asuhan beberapa kali pada tahun 1940-an untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan. Namun bagi Mary dan korban lainnya, bekas luka dari “Studi Monster” tampaknya mustahil untuk dihapus.



Tautan sumber