Daripada menciptakan gangguan untuk membantu pasien hidup lebih baik dengan gejalanya, nTerapi suara baru menghasilkan penurunan tinnitus sekitar 10%.

Terapi suara baru menjanjikan kesembuhan bagi jutaan orang yang menderita penyakit ini berdenging di telinga (juga dikenal sebagai tinnitus atau tinnitus), sensasi mendengar suara tanpa adanya suara eksternal.

Uji klinis yang dilakukan oleh University of Newcastle di Inggris mencatat penurunan rata-rata sekitar sekitar 10% dalam intensitas tinitus, dengan efek yang bertahan selama kurang lebih tiga minggu setelah pengobatan berakhir.

Penelitian tersebut melibatkan 77 partisipan penderita tinitus, baik berupa dering, desis, ketukan, atau desis, namun tentunya tanpa sumber suara dari luar. Penyebab kondisi ini mungkin terkait dengan gangguan pendengaran, pengobatan tertentu, atau masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Menurut ahli saraf dan peneliti Will Sedley, pilihan terapi saat ini terutama berfokus pada membantu orang hidup lebih baik dengan gejalanya, dan bukan pada mengurangi suara tinnitus itu sendiri. Pendekatan baru ini berupaya untuk mengubah hal ini dengan menggunakan suara dimodifikasi untuk mengganggu pola aktivitas otak yang menghasilkan kebisingan yang dirasakan. Hal inilah yang sudah dilakukan banyak pasien dengan menggunakan aplikasi seluler yang independen dan belum terverifikasi, seringkali tanpa hasil yang diinginkan.

Dalam uji coba tersebut, sekelompok peserta mendengar not musik sintetis yang sedikit dimodifikasi, sedangkan kelompok kontrol mendengar suara plasebo, disesuaikan dengan frekuensi yang berbeda, menurut laporan tersebut. Berita Langit. Semua relawan mendengarkan suara masing-masing secara online, selama satu jam sehari, selama enam minggu, diikuti dengan istirahat tiga minggu. Setelah itu, kelompok tersebut mengubah jenis suara, tanpa mengetahui mana stimulus aktif atau plasebo.

Menurut peneliti, hanya pada fase di mana peserta mendengar suara aktif terjadi “penurunan signifikan” dalam intensitas tinnitus. Rata-rata, terapi menyebabkan perlambatan sekitar 10%, efek yang bertahan selama beberapa minggu setelah paparan berakhir.

Para peneliti percaya bahwa, dengan pengembangan lebih lanjut, jenis terapi ini dapat diintegrasikan ke dalam aplikasi ponsel pintar atau dimasukkan ke dalam mendengarkan musik, radio, atau podcast setiap hari, sehingga memungkinkan berjam-jam “perawatan” diakumulasikan dengan cara yang alami dan bijaksana.



Tautan sumber