Penelitian baru menemukan bahwa ada hubungan di otak kita antara area yang menerima informasi visual dan pemrosesan sentuhan, sehingga membuat kita juga merasakan sakit saat melihat seseorang kesakitan.

Yang baru belajar diterbitkan di Nature mengungkapkan mengapa masyarakat sering menyusut, mundur atau tegang selama adegan menyakitkan dalam film.

Penelitian menunjukkan bahwa otak manusia tidak membatasi dirinya untuk melihat tindakan di layar dan merasakannya sebagian. Para peneliti di University of Reading telah menunjukkan bahwa informasi visual saja dapat mengaktifkan wilayah otak yang bertanggung jawab untuk memproses sentuhan fisik, sehingga menimbulkan masalah penonton “mensimulasikan” sensasi pengamat, jelasnya IFLScience.

Dipimpin oleh Nicholas Hedger, tim tersebut menunjukkan bahwa ketika orang melihat seseorang dipukul, digelitik, atau disakiti, otak mereka menghasilkan aktivitas seperti sentuhan di bagian tubuh yang bersangkutan. “Otakmu memetakan apa yang Anda lihat di tubuh Anda sendiri‘mensimulasikan’ sensasi sentuhan meskipun tidak terjadi apa-apa secara fisik,” jelas Hedger.

Untuk mempelajari efek ini, para peneliti melakukan digitalisasi otak 174 sukarelawan sambil menonton kutipan pendek, masing-masing berdurasi antara satu dan lebih dari empat menit, dari enam film besar Hollywood: Jejaring Sosial, Inception, Ocean’s 11, Home Alone, Erin Brockovich e Kekaisaran Menyerang Kembali. Banyak dari adegan-adegan ini mengandung momen-momen yang dirancang untuk membuat penonton merasa jijik, menawarkan bahan yang ideal untuk mempelajari sensasi-sensasi yang tidak wajar.

Pemindaian otak mengungkapkan dua mekanisme utama. Pertama, daerah visual dorsal disusun untuk menghubungkan area bidang visual ke bagian tubuh yang sesuai. Saat pemirsa fokus pada bagian atas layar, bagian otak yang bertanggung jawab atas “wajah” diaktifkan; ketika aksi terjadi di dekat bagian bawah, wilayah yang bertanggung jawab atas “kaki” diaktifkan. Pemetaan ini menunjukkan bahwa tata ruang layar secara langsung mempengaruhi aktivitas saraf yang berhubungan dengan sentuhan.

Kedua, wilayah visual ventral diaktifkan sesuai dengan bagian tubuh yang dilihat, terlepas dari posisinya di layar. Jika tangan karakter dipukul, area otak yang bertanggung jawab atas “tangan” penonton akan merespons. Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan hal itu sistem visual dan sentuhan sangat saling berhubunganmemungkinkan otak untuk menggabungkan informasi sensorik menjadi pengalaman terpadu.

Hedger mencatat bahwa interaksi ini terjadi dua arah. Dalam kehidupan sehari-hari, sentuhan dapat melengkapi penglihatan, misalnya saat menavigasi ruangan gelap, permukaan perasaan membantu otak membentuk peta internal. Koordinasi multisensori ini, katanya, “membantu kita melakukannya menghasilkan gambaran yang koheren tentang dunia”.

Penemuan ini bisa mempunyai implikasi signifikan untuk memahami kondisi neurodivergen seperti autisme. Banyak teori menyatakan bahwa simulasi pengalaman orang lain secara internal sangat penting untuk pemahaman sosial, dan proses ini mungkin berbeda pada individu autis.



Tautan sumber