Segala Sesuatu yang Kita Ketahui Tentang Viking Bisa Jadi Sepenuhnya Salah

Petrus 23349 / Flickr

Ragnar dan Lagertha, dari serial dokumenter sejarah Viking

Sebagian besar gambaran populer tentang mitologi Viking dan Norse didasarkan pada interpretasi yang lebih baru daripada sumber asli, kata para peneliti.

Kesimpulan ini berasal dari beberapa ahli studi Skandinavia, yang memperingatkan bahwa pengetahuan kita tentang paganisme Norse pra-Kristen, sebagian besar, merupakan sebuah rekonstruksi dibuat berabad-abad setelah kejadian tersebut.

Roland Scheel, peneliti di Cluster of Excellence “Religion and Politics” di Universitas Münster, mengenang bahwa “informasi yang tersedia pada dasarnya berasal dari laporan yang ditulis oleh para sarjana Kristen pada Abad Pertengahan, lebih dari satu abad setelah faktanya”, mengutip SciTechDaily.

Selain prasasti rahasia singkat, tidak ada teks kontemporer yang secara langsung menggambarkan periode Viking, antara abad ke-8 dan ke-11.

Menurut Scheel, gambaran bangsa Viking saat ini—petualang yang tak kenal takut, pejuang yang tangguh, dan navigator yang tak kenal lelah—adalah dibentuk oleh film, serial, video game, dan pameran museumdan bukan dengan bukti sejarah langsung. Sumber-sumber yang sampai kepada kita adalah kenangan yang ditafsirkan ulang, bukan kesaksian langsung pada masa itu, jelas peneliti, mengenai konferensi internasional Imagining Nordic Paganism, yang diadakan pada bulan November.

Warisan yang diidealkan

Saat ini, istilah “Viking” umumnya mempunyai konotasi positif. Masyarakat Skandinavia pra-Kristen sering digambarkan memiliki budaya pejuang yang unik, kedudukan perempuan yang relatif maju, dan kebebasan beragama yang tidak biasa. Visi romantis ini terus mempengaruhi identitas modern, terutama pada kelompok neopagan yang berupaya menghidupkan kembali paganisme Norse yang bertentangan dengan agama monoteistik.

Namun Scheel menekankan potret ini mengabaikan aspek gelapseperti kekerasan dan kehancuran yang disebabkan oleh serangan Viking. Dewan Eropa, misalnya, mempromosikan “Jalur Budaya Viking” sebagai elemen pemersatu identitas Eropa.

Penelitian menunjukkan bahwa mitologi Nordik adalah sering ditafsirkan ulang untuk mencapai tujuan ideologis. Contoh paling ekstrem terjadi pada abad ke-20, ketika rezim Nazi menggunakan simbolisme Nordik untuk membenarkan teori rasial. Meskipun kaitan dengan gerakan ekstremis masih ada, sambutan saat ini jauh lebih beragam dan berkisar dari minat akademis hingga seni dan musik.



Tautan sumber