Untuk pertama kalinya, perubahan kimiawi di otak yang terkait dengan konsumsi ganja dan tembakau secara bersamaan telah diidentifikasi pada manusia.

Penemuan itu, diterbitkan oleh peneliti dari Douglas Research Center di McGill University, Kanada, dalam Drug and Alcohol Dependence Reports, dapat menjelaskan mengapa mereka yang menggunakan kedua zat tersebut cenderung memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi, serta kesulitan yang lebih besar untuk berhenti mengonsumsi, khususnya ganja.

Para peneliti mengamati bahwa orang yang mengonsumsi kedua zat tersebut menunjukkan perbedaan otak yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang hanya mengonsumsi ganja.

“Ini adalah bukti pertama pada manusia mengenai mekanisme molekuler yang mungkin berada di balik hasil terburuk yang diamati pada pengguna ganja dan tembakau”, kata para peneliti, dikutip dari Harian SciTech.

Dengan menggunakan pemindaian tomografi emisi positron (PET), para ilmuwan menemukan bahwa peserta yang merokok ganja dan tembakau menderita penyakit ini enzim FAAH yang lebih tinggi — bertanggung jawab atas degradasi anandamide, senyawa alami yang dikenal sebagai “molekul kebahagiaan” untuk mengatur suasana hati dan stres. Peningkatan FAAH berarti aktivitas anandamide yang lebih rendah, sebuah pola yang telah dikaitkan dengan kecemasan, depresi, dan kemungkinan kambuh yang lebih besar selama upaya untuk menghentikan konsumsi.

Studi tersebut menganalisis 13 orang dewasa muda: delapan orang hanya mengonsumsi ganja dan lima orang juga merokok setiap hari. Meskipun data tersebut tidak mencakup kelompok perokok saja, para peneliti yakin hasil tersebut menunjukkan efek gabungan dari kedua zat tersebut.

Penemuan ini dapat mengarah pada penciptaan obat-obatan konkrit untuk mengatasi masalah tersebut. Saat ini, satu-satunya pendekatan yang tersedia adalah berdasarkan terapi perilaku, seperti konseling psikologis.

Tim tersebut sekarang sedang mempersiapkan penelitian baru terhadap perokok dan pengguna rokok elektrik untuk menilai apakah perubahan otak yang sama terjadi tanpa adanya ganja.



Tautan sumber